Simple Life

Jumat, 17 Agustus 2012

PENCARIAN DIMULAI :)


Hm, sodara-sodara tidak terasa sudah em, sejak dari bulan april, em, sekitar tiga bulan sudah saya berada di tanah leluhur yang tidak pernah saya bayangkan akan begini kenyataannya. Terlahir dari pasangan suami istri aseli Jawa, saya harus belajar 'memulai' menjadi Jawa dari saat ini. Setelah bertahun-tahun menghabiskan umur dan menghisap 'susu' dari tanah orang, akhirnya saya kembali. Walaupun mungkin papa saya juga nasibnya seperti saya -Jawa yang hampir kehilangan identitas- tapi mama saya yang masih bergelar Roro mendonorkan dengan meyakinkan passion seorang Jawa yang mengalir dalam nadi ini.

Saya ini seperti domba garut berbulu hijau yang berada di tengah-tengah domba garut lainnya dengan lampu yang menyorot tepat pada saya. Terasing. Terasing dengan bahasa, etika, kebiasaan, persepsi, dan macam-macam lainnya. Satu hal lagi, saya malu. Seperti hari kemarin saat saya mau berangkat dari Purworejo menuju Jogja. Bude saya yang mengerti betul bagaimana tabiat orang macam saya yang sudah terkontaminasi serpihan budaya Indonesia Timur, khusunya Papua yang dianggapnya tidak terlalu klop dengan budaya ngih-ngih orang Jawa berpesan:
"Kalo ketemu sama orang-orang langsung disalami ya. Terus kalo mau keluar rumahnya ******, jangan serta-merta langsung berbalik, kamu harus mundur dulu sampai keluar pintu, baru membalikkan badan."
Saya hanya bisa nyegir sambil garuk-garuk kepala. Astaga, sudah sejauh inikah ketidaktahuan saya atas etika orang jawa? Belum lagi waktu saya bertemu bapak kos saya:

"Nak arta orang apa?"
"Orang jawa"
"Bisa ngomong jawa?"
"Gak bisa pak"
"Lah, kalo begitu bukan orang jawa namanya, hehe"

#garukgarukkepalalagi

Yah, setelah melewati berbagai kejadian saya jadi menyesal kenapa tidak meladeni dengan perhatian penuh sambil menganggukkan kepala setiap si emak nyerocos menggunakan bahasa jawa. Sudah seharusnya saya bangga dengan identitas saya. Yah, saya ini orang Jawa dengan potongan puzzle yang hilang. Ya, kehilangan jati diri walau saya tidak bisa mnenyangkal bahwa sesuatu dari diri saya berbisik: saya juga orang Papua tanpa rambut kriting :). Dan jika suatu hari saya melanjutkan hidup di negeri orang, saya tidak mau kehilangan jati diri lagi. Kali ini jati diri sebagai seorang Indonesia. Hm, saya terdengar begitu chauvinis, macam Hitler saja ya? hehehe :).