Simple Life

Selasa, 20 April 2021

Tiga Tahun Ini

    Sudah lewat tiga tahun  setelah postinganku yang terakhir. Uraian membosankan tentang aku yang tidak memiliki kegiatan apapun setelab lulus menjadi dokter. Sebenarnya tentu ada banyak hal yang terjadi setelah itu. Membaca kembali tulisanku di masa lampau, sungguh sia-sia sebenarnya ya memusingkan sesuatu yang belum terjadi. Beberapa waktu setelah tulisanku publish aku bekerja paruh waktu sebagai asisten diklat di bagian Anestesi dan Perawatan Intensif di RSUP dr. Sardjito. Sebenarnya ada juga tawaran dari seorang teman sebagai pengajar bimbel, tapi aku tahu diri juga ya kalau ilmuku masih belum sanggup ku pertanggugjawabkan. Di sela-sela itu aku masih sempat menjadi pengajar bimbel untuk anak SMP dan SMA. 

    Banyak hal yang terjadi selama tiga tahun ini. Di tahun 2018-2019  aku akhirnya menjalani program internsip, Sesudahnya, aku kembali memasuki masa-masa kelam karena harus menentukan rute perjalanan lagi. Sempat tiga bulan menganggur setelah internsip, sambil terus menyusun lamaran dan mengirimkannya ke berbagai RS. Namun tidak kunjung ada jawaban. Periode kedua masa penantianku. Aku ada di persimpangan, di antara menjadi PNS atau tetap menanti tawaran PTT saja, Sampai akhirnya di awal tahun 2020 aku berangkat ke Mappi sebagai dokter kontrak. Daerah yang tak pernah kudengar sama sekali, kini aku harus menjalani satu tahun di tempat antah berantah itu. Aku kira sangat jarang sebuah rumah sakit daerah  membuka open recruitment untuk tenaga dokter, kecuali jika rumah sakit tersebut memang dalam kondisi sangat membutuhkan tenaga dokter. 

    Akhirnya aku menjalani satu tahun yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku tak akan menyebutnya sebagai pegalaman yang buruk, karena jujur saja Mappi banyak mengajarkanku ilmu-ilmu yang berharga, mengenalkanku pada orang-orang yang kuanggap sebagai saudara, bertemu dengan mentor yang luar biasa, sampai aku bisa lebih baik mengenal diri sendiri dan berusaha untuk berkompromi dengannya. Sampai pada titik tersebut, aku tak pernah merasa sedekat itu dengan diriku sendiri.

    Hingga beberapa bulan berada di Mappi, sejujurnya aku masih tak tahu apa yang kuinginkan untuk 5 atau 10 tahun ke depan. Menjadi spesialis tentu saja masuk dalam proyeksiku, namun tampakannya masih kabur. Aku bahkan tak tahu harus melanjutkan ke bagian apa, karena aku tak tahu apa yang kuinginkan, aku tak tahu passionku, aku mash tak tahu bagaimana nanti peranku di masyarakat, aku tak kenal diriku sendiri. Sama sekali. Tujuanku ke Mappi hanya untuk mencari uang saja. Menyedihkan bukan? Aku tak pernah bercerita ke orang lain tentang ambisiku, karena ku kira aku tak punya. 

    Bulan Juni 2020 merupakan saat-saat yang tak mudah bagiku. Di pertengahan tahun ini aku harus menghadapi banyak ujian. Dari menghadapi housemate yang sedang tantrum, menghadapi kasus-kasus yang hampir membuatku menangis, hingga akhirnya diberi tanggung jawab memegang ruang bayi. Sebenarnya apa yang kualami bertolak belakang dengan apa yang selalu kuharapkan. Aku merasa tak punya skill sosial yang bagus, sehingga aku tak pernah mempunyai hubungan yang dekat dengan residen saat koas. Namun, aku harus menjalani 6 bulan pertamaku di Mappi dengan tinggal bersama residen anak. Selama koas hingga internsip aku selalu berdoa agar terhindari dari pasien pediatrik, namun lihatlah, jantungku selalu berdegup ketika harus melaporkan pasien anak pada housemate ku. Mau tidak mau aku harus belajar agar tidak terlihat bodoh dan memalukan. 

    Segala penolakan yang selalu terngiang di  kepalaku muncul satu per satu. Lucunya, hal yang selalu kuhindari mulai bermunculan. Seperti magnet, semakin berlawanan dengan keinginanku, semakin kuat semestaku menarik segala yang kubenci. Tiap malam ketika aku sendirian, aku coba merenunginya. Apa yang membuatku puas sejauh ini? Apa yang membuatku kuat untuk berangkat tiap hari? Apa yang membuatku kuat setiap bertemu dengan wajah-wajah kecil yang kadang kurus karena gizi buruk?Apa yang membuatku rela memberi minum bayi-bayi itu? Kenapa aku bisa menatap bayi-bayi mungil dalam inkubator selama berjam-jam? Kenapa aku bisa dengan sabar membuat mama-mama untuk sedikit mengerti bagaimana seharusnya gizi dan kebersihan anak mereka? Saat itulah kukira aku sadar apa yang membuatku tetap bertahan. Aku kira aku sudah menemukan kekuatanku, menemukan alasanku, menemukan makna hidupku, menemukan peranku dalam masyarakat.

     Ada banyak hal yang ingin kuceritakan dari Mappi, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Ceritaku tentang Mappi akan kulanjutkan di lain hari saja. Namun ketahuilah, sekarang aku berada di periode ketiga masa penantianku. Setelah 6 bulan kembali dari Mappi, aku kembali berada di persimpangan. Berada di antara pilihan-pilihan. Mempunyai banyak pilihan tentu merupakan sebuah kemewahan, tetapi terlalu banyakpun kukira akan membelitku sampai tidak bisa bernapas dan bergerak. Tetapi seperti masa-masa penantianku sebelumnya, periode ini pun pasti akan berlalu. Aku tak tahu kelanjutan apa yang akan kutulis nanti. Semoga merupakan sesuatu yang baik. Oke, sampai jumpa lagi ya, aku tak tahu kapan lagi akan kembali menulis di sini. Sampai jumpa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar